Wednesday, November 16, 2011

Ratusan Warga Hijaukan Gunung Lamongan


Metrotvnews.com, Lumajang: Ratusan warga melakukan penghijauan di Gunung Lamongan yang memiliki ketinggian sekitar 1.668 meter di atas permukaan laut di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Ahad (13/11).


Koordinator penyelenggara A'ak Abdullah Al-Kudus mengatakan gerakan penghijauan tersebut dikemas melalui kegiatan 'Lamongan Conservation Run' yang diselenggarakan aktivis peduli lingkungan 'Laskar Hijau'.

"Sebelum melakukan penghijauan, para pelari yang memeriahkan acara tersebut dilepas dari Ranu Lamongan menuju ke Gunung Lemongan yang jaraknya sekitar 7 kilometer," tuturnya.

Menurut dia, penanaman berbagai jenis bibit di Gunung Lamongan dilakukan di sekitar lokasi bertapanya pendiri kerajaan Lamajang Arya Wiraraja.

Kegiatan penghijauan tersebut mendapat partisipasi dari berbagai lembaga dan organisasi masyarakat seperti Perhutani Klakah, Yonif 527 Lumajang, SAR Kabupaten Lumajang, Praxis di Jakarta, PBM di Jakarta, Vabfas Lumajang, MPPM, SRM Ranu Klakah, Foswot, Karina di Pare Kediri, SBMI Probolinggo.


Selanjutnya, LSM Jagad Lestari di Probolinggo, KAPAL wilayah Lumajang, mahasiswa dari Universitas Ma Chung Malang, mahasiswa dari Unair Surabaya, dan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Jember.

"Ada seorang warga negara asing (WNA) asal Rusia yang ikut melakukan penghijauan bersama ratusan peserta di lereng Gunung Lamongan," katanya.

Menurut A'ak, peserta "Lamongan Conservation Run" membawa sendiri bibit tanaman yang akan ditanam antara lain jenis tanaman trembesi, sukun, kluwi, wuni, jambu merah, saga, mangga, nangka, dan sirsak dengan total tanaman sebanyak 3 ribu pohon.

"Para peserta dengan penuh semangat dan sukarela membawa sendiri bibit pohon buah-buahan dari rumah masing-masing untuk ditanam di lereng gunung Lamongan," paparnya. Ia menjelaskan, Laskar Hijau bersama ratusan warga menanam di sekitar wilayah Watu Silang karena pada musim kemarau yang lalu kawasan tersebut terbakar habis seluas 100 hektare.(Ant/****)

14 November 2011

Foto: Mundo (Praxis)

Read More..

Tuesday, October 25, 2011

Laskar Hijau Tanam Hutan di Gunung Lemongan





JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah beberapa bulan diterpa kemarau panjang, yang menyebabkan terbakarnya hingga empat kali hutan di kawasan Gunung Lemongan, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (23/10) pagi lalu, kawasan hutan tersebut mulai ditanam kembali.

Penanaman dilakukan oleh Laskar Hijau, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat untuk Konservasi Alam dan Lingkungan di Lumajang, Jawa Timur. Uniknya, aktivis lingkungan ini dibantu oleh anak-anak dari Sekolah Rakyat (SR) Merdeka Ranu Lemongan, Jawa Timur.

Puluhan anak yang belajar mencitai alam dan lingkungan itu masih sangat belia, yaitu berkisar antara enam hingga 12 tahun usianya.

Demikian dituturkan Koordinator Organisasi Kerelawanan untuk Konservasi Laskah Hijau A'ak Abdullah Al-Kudus kepada Kompas, Senin (24/10) lalu melali surat elektronik (email). 

"Dengan riang gembira, mereka membantu para relawan Laskar Hijau menanam berbagai jenis tanaman. Misalnya,   Jambu, Nangka, Sukun, Trembesi, dan lain-lain meskipun matahari sudah terik," ungkap A'ak.

Menurut A'ak, sambil menanam, anak-anak SR Merdeka Ranu Lemongan,  menyanyikan lagu yang senantiasa diajarkan di sekolah tersebut untuk menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan dan mendorong semangat mereka untuk melakukan pelestarian terhadap lingkungan.

Lagu yang dinyanyikan di antaranya "Ambil bibit nangka kita tanam sama-sama, ambil bibit jambu kita tanam sama, kalau sudah besar kita panen sama-sama, kalau sudah besar kita makan sama-sama"," kata A'ak lagi.

A'ak mengatakan, penanaman seperti ini akan terus dilakukan secara rutin setiap hari minggu oleh para relawan hingga musim hujan berakhir.

"Siapapun yang ingin terlibat dalam  penghijauan ini, mari  langsung bergabung di Gunung Lemongan,  setiap hari minggu mulai sekitar jam 10-an sampai selesai. Mau bantu bibit, silakan menghubungi Laskar Hijau di markas kami di Jalan  Linduboyo No. 139 Klakah, Lumajang," jelas A'ak.


Suhartono | Robert Adhi Ksp | 25 Oktober 2011


Foto: Laskar Hijau
Read More..

Friday, October 21, 2011

Pendaki Mancanegara Menanam Di Gunung Lemongan



Adalah Cris Weber (Jerman) dan Key Ge Beijers (Belanda) pada minggu 18 September 2011 melakukan penanaman di Gunung Lemongan bersama para relawan Laskar Hijau. Kedua pendaki tersebut sehari sebelumnya telah mendaki Gunung Semeru, namun karena mendengar adanya masyarakat yang melakukan gerakan konservasi di Gunung Lemongan, kedua pendaki tersebut akhirnya meminta untuk mendaki ke puncak Lemongan juga sekaligus ingin ikut menanam bersama Laskar Hijau yang memang setiap hari minggu melakukan penghijuan di Gunung Lemongan.

Karena kedatangan kedua orang pendaki ini bertepatan pada musim kemarau, maka lokasi penanamannya dipilih disekitar posko Laskar Hijau saja, sehingga nantinya bisa dilakukan penyiraman setiap saat oleh para relawan Laskar Hijau. Memang sejak tiga hari terakhir di Gunung Lemongan sudah mulai hujan, meski tak deras tapi cukup membuat tanaman di gunung lemongan segar kembali.

Mereka berdua sangat terkesan dengan panorama di sekitar Gunung Lemongan dan dengan kegiatan penghijauan yang dilakukan oleh para relawan Laskar Hijau, karena tindakan tersebut menurut mereka adalah bentuk penyelamatan terhadap bumi. Mereka berjanji untuk datang kembali ke Gunung Lemongan pada tahun-tahun berikutnya, mungkin bisa membantu menanam lebih banyak lagi ujarnya. 


Tulisan dan Foto: Laskar Hijau Read More..

Monday, September 12, 2011

Tanaman Konservasi Gunung Lemongan Terbakar

Foto: Tanaman konservasi milik Laskar Hijau yang terbakar (Laskar Hijau)

Sekitar 50 Hektar areal penghijauan Laskar Hijau yang ada di sisi selatan Gunung Lemongan terbakar. Kabakaran diduga terjadi karena adanya warga masyarakat yang membuang puntung rokok sembarangan atau membuat api unggun tapi lupa mematikannya. Kejadian ini diketahui oleh relawan Laskar Hijau yang sedang melakukan patroli rutin di Gunung Lemongan pada Sabtu (6/8/2011) sekitar jam 15.00 WIB. Lokasi kebakaran berada di wilayah Watu Silang pada ketinggian 572 meter dpl. Tepatnya di koordinat 07°59’26.9” Lintang Selatan, dan 113°19’06.5” Bujur Timur.

Areal yang terbakar tersebut adalah areal yang paling banyak terdapat tanaman konservasi, karena areal tersebut berada di sekitar track pendakian ke puncak Gunung Lemongan. Awalnya api melalap hamparan ilalang kering, kemudian merambat ke tanaman konservasi yang tingginya rata-rata masih sekitar 70-100 cm. Para relawan Laskar Hijau tersebut berusaha mematikan api dengan peralatan seadanya, tapi api lebih cepat merambat karena angin di atas cukup kencang. Beruntung malam harinya embun cukup lebat mengguyur areal tersebut sehingga api bisa dimatikan secara alami.

Dari insiden kebakaran tersebut diperkirakan ada 100 ribu tanaman konservasi milik Laskar Hijau yang ikut terbakar. Terdiri dari beragam jenis buah seperti Mangga, Duren, Rambutan, Nangka, Sukun, Jambu Biji Merah, serta beragam jenis tanaman konservasi seperti Nyamplung, Trembesi, Bendo, bambu, dan lain sebagainya. Kalau setiap bibit pohon dihargai Rp. 10.000 maka kerugian materiil yang diderita atas kejadian ini sekitar 1 Milyar Rupiah.

Kami sangat menyayangkan kecerobohan oknum masyarakat yang telah menyebabkan terbakarnya areal konservasi tersebut. Butuh waktu sekitar 2 tahun untuk menanami kembali areal tersebut. Karena faktor tenaga yang terbatas dan faktor medan yang cukup berat. Peran serta semua pihak untuk turut serta memberikan penyadaran terhadap masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sangatlah penting adanya.

Ditulis oleh A'ak Abdullah Al-kudus (Laskar Hijau)
Read More..

Tuesday, August 9, 2011

Foto Ranu di Gunung Lemongan


Ranu Lemongan/Klakah dan Gunung Lemongan







 

Ranu Lemongan








 

Ranu Lading berlatar Gunung Lemongan







Ranu Pakis









Foto: Laskar Hijau

Read More..

Saturday, July 30, 2011

Informasi dan Registrasi

Ajang Lari "Lemongan Conservation Run"
Sebuah ajang lari yang dilakukan secara swadaya (dari kita, oleh kita dan untuk kita) dengan tujuan untuk konservasi Gunung Lemongan. Penanaman pohon dan penggalangan dana juga akan dilakukan sebagai bagian dari upaya konservasi. Harapannya agar acara serupa dapat dilakukan di tempat lain supaya bumi kita semakin hijau :)

Waktu
Minggu, 13 November 2011
Jam 08.00-17.00

Tempat
Ranu Klakah, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia

Penanaman Pohon dan Penggalangan Dana
Peserta bersama-sama akan menanam pohon yang telah tersedia dan menggalang dana untuk konservasi Gunung Lemongan.

Jalur
1. Ranu Lemongan/Klakah-Padepokan Mbah Citro-Posko Konservasi Laskar Hijau-Puncak Gunung Lemongan-Ranu Pakis-Ranu Lemongan/Klakah (Lintasan Panjang)
2. Ranu Lemongan/Klakah-Padepokan Mbah Citro-Posko Konservasi Laskar Hijau-Ranu Pakis-Ranu Lemongan/Klakah (Lintasan Pendek)

Jarak dan Waktu Tempuh
1. Lintasan Panjang: 20 Km / 6 jam (estimasi waktu saat jogging dan trekking)
2. Lintasan Pendek: 10 Km / 2 jam (estimasi waktu saat jogging)

Ketinggian
Kita akan berlari pada ketinggian mulai dari 250 dpl (Ranu Klakah/Lemongan) sampai 1671 dpl (Puncak Gunung Lemongan).

Cuaca
Bulan November bertepatan dengan musim hujan dan waktu yang tepat untuk menanam pohon agar cukup air dan dapat terus tumbuh. Untuk itu jaket hujan menjadi perlengkapan penting bagi setiap peserta.

Makanan dan Minuman
Peserta disarankan untuk mempersiapkan makanan dan minuman masing-masing atau membelinya di lokasi acara.

Kriteria Peserta
Selain kawan-kawan yang akan menjajal lintasan dengan berlari, kami turut mengundang setiap insan yang gemar jalan kaki, olahraga lintas alam, bersepeda, pecinta alam dan mereka yang peduli kelestarian lingkungan.

Registrasi
Demi kelancaran persiapan acara, peserta diharapkan melakukan registrasi mulai dari sekarang hingga 1 November 2011.
Silahkan isi formulir registrasi:
https://spreadsheets.google.com/spreadsheet/embeddedform?formkey=dG5kUWF3WFc4VnA5b3hxc1JlelJkX0E6MQ

Kontribusi Dari Peserta
Dari setiap pohon yang ditanam, peserta dapat berkontribusi dana secara sukarela berapapun itu nilainya.

Airport (International Airport di Indonesia)
Airport terdekat menuju Klakah, Lumajang adalah Juanda International Airport di Surabaya.

Surabaya ke Lumajang
Hanya dapat dilakukan melalui jalur darat dengan:
- Travel: Dari Juanda International Airport ke Klakah, Lumajang (waktu tempuh: 3 jam).
- Rent Car: Dari Juanda International Airport ke Klakah, Lumajang (waktu tempuh: 3 jam).
- Bis: Dari Terminal Bungurasih/Purabaya ke Klakah, Lumajang (waktu tempuh: 3,5 jam).

Penginapan
1. Hotel Ranu Klakah (di lokasi start): Rp. 50.000/kamar
2. Hotel Maharaja (2 km dari lokasi start): Rp. 75.000-200.000/kamar

Organizer
Laskar Hijau
Jalan Linduboyo 139, Klakah
Lumajang, Jawa Timur
Indonesia

Praxis
Jalan Salemba Tengah 39 BB
Jakarta Pusat

Contact Person
A'ak Abdullah Al-Kudus (Laskar Hijau): 628155900037 (08155900037)
Ray Mundo (Praxis): 628151668051 (08151668051)
E-mail: lemonganrace@gmail.com
Blog: http://lemonganconservationrun.blogspot.com
Facebook: LemonganConservation Run
Twitter: lemonganconserv

Read More..

Gunung Lemongan dan Laskar Hijau

Gunung Lemongan (1671 dpl) terletak di Klakah, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, merupakan pilar ekosistem yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekitarnya, terutama terkait dengan kelestarian sumber mata air bagi sekitar 9 ranu (1) di sekitar gunung tersebut. Ranu-ranu tersebut adalah Ranu Lemongan, Ranu Bedali, Ranu Pakis, Ranu Lading, Ranu Kembar, Ranu Glébég, Ranu Agung, dan Ranu Segaran. Ranu-ranu tersebut belum termasuk Ranu Wurung (2) dan mata air di sekitar Gunung Lemongan yang jumlahnya tak terhitung secara pasti.

Ranu-ranu tersebut selama ini menjadi tumpuan hajat hidup orang banyak, terutama untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan irigasi bagi masyarakat yang mayoritas keturunan Madura, khususnya di 3 kecamatan di Kabupaten Lumajang dan 2 kecamatan di Kabupaten Probolinggo, yakni Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Randuagung, Tiris, dan Krucil. Sebagai contoh, Ranu Lemongan di Desa Tegalrandu sampai saat ini mampu mengairi sekitar 620 hektare areal persawahan di wilayah Kecamatan Klakah. Sumber mata air di Ranu Bedali mampu mengalirkan berkubik-kubik air minum melalui pipa-pipa milik PDAM ke masyarakat Kecamatan Ranuyoso, Kecamatan Klakah, hingga Kecamatan Kedungjajang. Di Ranu Pakis mengapung ratusan petak tambak milik masyarakat untuk pembudidayaan ikan nila dengan nilai omzet tak kurang dari Rp 2 miliar per tahun. Di Ranu Lading, para nelayan menebarkan jala dari atas rakit untuk menangkap ikan sebagai nafkah bagi keluarga mereka. Di sudut lainnya anak-anak berlompatan riang menikmati mandi yang segar bersama teman-temannya, sementara para perempuan mencuci pakaian di tepian aliran sungainya.

Singkat kata, kelestarian ekosistem di Gunung Lemongan sangat vital bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekitarnya. Namun sayang, saat ini kondisi alam di Gunung Lemongan sangat memprihatinkan. Sekitar 6.000 hektare areal Green Belt yang seharusnya dalam kondisi hijau, kini gundul. Bukit dan lerengnya meranggas, hanya ditumbuhi ilalang serta tanaman perdu. Kondisi ini terjadi sejak 1998-2002 karena illegal logging. Upaya menggoyang kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden Republik Indonesia pada saat itu oleh sekelompok elite politik berdampak pula terhadap perusakan hutan secara besar-besaran di Jawa Timur: mulai sepanjang Banyuwangi hingga Pacitan.

Statemen Gus Dur ”Hutan untuk Rakyat” telah dipelintir sedemikian rupa oleh rival politiknya untuk menimbulkan situasi chaos di masyarakat. Terbukti cara tersebut berhasil menggerakkan sekelompok masyarakat (yang juga ditunggangi aparat pemerintah dan penegak hukum, juga pengusaha) untuk menebang hutan secara membabi buta dengan dalih perbuatan mereka telah sesuai dengan perintah Gus Dur selaku presiden saat itu. Alas we’e negoro, sing butuh kayu neghoro (hutan milik negara, yang butuh kayu tebanglah). Serangkai kalimat tersebut bagai mantra yang mampu menghipnotis sebagian masyarakat untuk berangkat ke hutan memanggul kapak dan gergaji menebangi setiap pohon yang mereka temui tanpa pandang bulu. Habislah sebagian besar hutan di Jawa Timur, termasuk hutan di Gunung Lemongan.

Fakta mengenaskan dari insiden brutal tersebut saat ini adalah mulai banyak mata air yang mati di sekitar Gunung Lemongan dan setiap kali turun hujan selalu menyisakan titik longsor di tebing dan lereng gunung bak guratan luka di wajah si rupawan. Di Kecamatan Klakah mulai banyak petani yang gagal panen karena sawahnya kekurangan air akibat suplai irigasi dari Ranu Lemongan berkurang drastis. Debit air di Ranu Lemongan turun hingga 4 meter. Dari 30 titik mata air, sekarang hanya tersisa 4 mata air yang masih mengalirkan air. Dari desa sebelah ada kabar 2 lelaki tewas mengenaskan karena carok4 untuk memperebutkan air irigasi bagi sawahnya. Tak terhitung lelaki dan perempuan meninggalkan sawah mereka untuk berangkat menjadi buruh migran ke Malaysia dan Arab Saudi, karena sawah mereka sudah tak menjanjikan apa-apa lagi.

Di jalan-jalan sekarang mulai marak becak yang mengangkut puluhan jerigen berisi air bersih untuk dijajakan kepada warga, karena pipa PDAM sekarang tak lagi lancar mengalirkan air minum dari Ranu Bedali dan Sumber Wringin akibat kian kecilnya debit air. Di Ranu Pakis banyak tambak ikan nila yang gulung tikar karena hasil panen kurang bagus akibat sirkulasi air di Ranu Pakis sangat buruk. Kandungan oksigen di dalam air berkurang dan mengakibatkan banyak ikan mati. Di Ranu Lading tak terdengar lagi kejungan5 nelayan yang lantang namun merdu mengiring tebaran jala dan kayuhan rakit bambu. Mereka telah lama menggantungkan jala di dinding dapur karena sudah jarang sekali mendapatkan ikan. Kalaupun mendapat ikan, cenderung tidak sehat, daging tipis, kepala besar, dan ditampik calon pembeli di pasar. Anak-anak tak lagi bisa berenang bebas ke tengah ranu karena mulai banyak tumbuhan sejenis ganggang yang mengganggu gerak renang mereka, selain karena airnya pun mulai keruh dan menyebabkan gatal-gatal.

Hijau rimbun hutan belantara di Gunung Lemongan beserta kicau burung dan suara satwa liarnya, bening air di ranu dan sungai-sungainya beserta kecipak ikan dan udang, hilang dalam waktu sekejap bersamaan dengan hilangnya tawa riang anak-anak di tepi Ranu Lemongan. Masyarakat sedih atas kondisi ini. Tak sedikit pula yang menyesal akibat keterlibatan mereka menebang pohon hanya demi upah sedikit uang. Kini tak ada yang tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kondisi ini. Tak ada pula dari pihak berwenang yang mau mengatasi kondisi ini. Gunung Lemongan terlantar mengenaskan bagai seonggok batu.


Lahirnya Gerakan Konservasi Laskar Hijau
Terpuruknya ekosistem di Gunung Lemongan menggugah sekelompok masyarakat untuk melakukan gerakan konservasi guna mengatasi kondisi tersebut. Dimulai tahun 2005 kelompok tanpa nama ini melakukan penghijauan di sekitar Ranu Lemongan di areal seluas 10 hektare. Mereka menanami tepian ranu yang mulai gundul dengan beragam jenis pohon buah dan beragam jenis pohon penahan air seperti gayam, johar, dan bambu. Karena tepian Ranu Lemongan sudah dianggap penuh pepohonan, sejak akhir tahun 2008 gerakan penghijauan mulai diarahkan ke Gunung Lemongan, khususnya di areal Green Belt seluas sekitar 6.000 hektare. Namun, karena demikian luas areal yang perlu dihijaukan kembali, maka gerakan penghijauan tidak bisa dilakukan secara insidentil seperti di Ranu Lemongan selama ini. Gerakan penghijauan di Gunung Lemongan harus dilakukan secara intens dan terencana. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pada 28 Desember 2008 dibentuk tim kerja pelaksana gerakan penghijauan tersebut dengan nama Laskar Hijau. Program utama organsisasi ini adalah melakukan penghijauan di Gunung Lemongan setiap hari Minggu.

Organisasi ini bersifat nirlaba dan berjiwa kerelawanan serta menjunjung tinggi semangat kemandirian, gotong-royong, keterbukaan, dan kesetaraan. Visi organisasi ini mengembalikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, khususnya di Gunung Lemongan, karena mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan, dalam bentuk laku kerja penghijauan dengan
konsep hutan setaman. Organisasi ini tidak berafiliasi dengan organisasi apa pun, apalagi dengan partai politik seperti Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang yang juga memiliki unit kerja bernama Laskar Hijau. Kesamaan nama organisasi ini semata kebetulan.

Sampai titik ini, organisasi ini belum memiliki struktur pengurus, apalagi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Organisasi ini lebih mengedepankan bangunan kultur terlebih dahulu sebelum membangun struktur. Semua yang bergabung dalam organisasi ini berstatus sebagai relawan. Jika diperlukan sistem koordinasi untuk sebuah kegiatan, akan dibentuk koordinator yang bersifat ad-hoc yang masa kerjanya akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya kegiatan tersebut. Para relawan organisasi ini sebagian besar warga sekitar hutan yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan pekebun, bukan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan bukan dari kalangan dengan status sosial mapan.

Penghijauan yang dilakukan Laskar Hijau setiap hari Minggu tersebut terfokus pada areal Green Belt Gunung Lemongan. Penghijauan ini berkonsep ”Hutan Setaman”, artinya dalam tiap jengkal tanah ditanami beragam jenis tanaman. Jenis tanaman yang ditanam sebagian besar beragam tanaman buah, dengan maksud agar masyarakat yang selama ini bermata pencaharian di hutan (seperti pencari kayu, pembuat arang, pemburu satwa liar, dan pencari belerang) tidak perlu lagi merusak hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi cukup dengan memetik buah-buahan yang tersedia dan berlimpah di hutan yang dibangun Laskar Hijau dengan syarat tidak boleh menebang pohonnya. Jenis pohon buah ditanam adalah durian, mangga, rambutan, jambu, manicu, bisbul, klengkeng, sirsak, sawo, manggis, sukun, nangka, alpukat, langsep, duku, dan beberapa jenis lainnya.
Selain tanaman pohon buah, juga ditanami beragam jenis tanaman langka dan tanaman konservasi yang berfungsi efektif sebagai penangkap air, penahan erosi, penyerap karbondioksida serta produsen oksigen. Sebagai contoh tanaman bambu mampu memproduksi oksigen hingga 82%.

Adapun target penghijauan di Gunung Lemongan ini -dengan kondisi Laskar Hijau seperti sekarang- diharapkan mencapai 300 hektare per tahun. Artinya, untuk menuntaskan menanami serta merawat tanaman di areal 6.000 hektare hingga tanaman tersebut diyakini dapat hidup dan berkembang dengan baik, dibutuhkan waktu 15 tahun hingga 20 tahun. Sepanjang tahun itu para relawan mengikrarkan diri untuk fokus dan intens di Gunung Lemongan.

Untuk mempermudah pemantauan dan perawatan tanaman sehari-hari, Laskar Hijau mendirikan Posko Konservasi Gunung Lemongan di lereng sisi barat pada ketinggian 600 meter dpl. Di sekitar posko ini -di luar jadwal penghijauan- para relawan juga memanfaatkan sebagian lahan yang tidak produktif untuk ditanami tanaman pangan seperti jagung, singkong, ketela rambat, kacang tanah, dan sayur-mayur untuk mendukung kebutuhan logistik mereka. Posko ini sudah seperti rumah kedua bagi para relawan Laskar Hijau. Sebab, waktu mereka sehari-hari lebih banyak dihabiskan di tempat ini. Bahkan, ada yang menginap di tempat ini dengan meninggalkan anak dan istri dan pulang ke rumah seminggu sekali. Di tempat ini pula direncanakan memelihara beberapa ekor kambing untuk memenuhi kebutuhan pupuk kandang. Juga akan dijadikan areal pembibitan tambahan
jika memungkinkan untuk mendapatkan air dari sumur yang sekarang sedang dalam proses penggalian.


Bibit Pohon Dari Tong Sampah
Penghijauan untuk areal seluas 6.000 hektare tentu membutuhkan banyak sekali bibit pohon, bisa jutaan bibit pohon yang dibutuhkan. Dari mana Laskar Hijau yang notabene tidak didukung pendanaan dari siapa pun ini mampu menyediakannya? Jawaban yang pertama adalah dari tong sampah.

Pada hari-hari tertentu, para relawan Laskar Hijau mempunyai jadwal menyusuri setiap tempat sampah di pasar-pasar dan perkampungan untuk mengumpulkan biji-bijian buah yang banyak dan beragam jenis namun terabaikan fungsinya. Jika musim durian, mereka menyusuri tempat sampah para pedagang durian di wilayah Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, hingga Malang. Sedangkan biji mangga, rambutan, kelengkeng, salak, sawo, nangka, dan sirsak mudah didapat dari tempat sampah di perkampungan sekitar. Khusus biji buah alpukat, tempat sampah yang paling prospektif adalah milik para pedagang es campur. Banyak pula biji buah-buahan yang didapatkan dari pemberian warga yang menjadi pasien akupunktur Laskar Hijau atau dari warga yang peduli terhadap kegiatan mereka. Juga dari pemberian kawan serta relasi dari berbagai kalangan.

Bibit pohon yang dikembangbiakkan Laskar Hijau, selain bibit pohon buah-buahan khususnya buah lokal, dikembangkan pula bibit tanaman penahan air, juga tanaman yang mulai langka dan aneka jenis bambu, khususnya bambu petung (Dendrocalamus Asper), jajang hitam (Gigantochloa Atroviolacea Wijaya), dan bambu andong besar (Gigantochloa Pseudoarundinacae).

Jawaban kedua soal sumber bibit pohon penghijauan ialah dari hasil kerja sama pembibitan dengan masyarakat. Salah satu kerja sama pembibitan yang pernah dilakukan Laskar Hijau adalah dengan siswa Sekolah Dasar Negeri Ranuyoso 03 di Lumajang dan SDN Tigasan Wetan 04 di Probolinggo. Model kerja sama pembibitan yang dibangun adalah Laskar Hijau menyumbangkan sejumlah polly bag ke sekolah-sekolah, sedangkan pihak sekolah mewajibkan siswa mengumpulkan biji buah-buahan di rumah dan selanjutnya melakukan pembibitan di sekolah pada jam pelajaran keterampilan dan jam kosong pelajaran. Pelajaran pembibitan ini selain untuk membantu Laskar Hijau menyediakan bibit pohon yang akan ditanam di Gunung Lemongan, juga untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan terhadap generasi muda. Hasilnya luar biasa! Tiap-tiap sekolah bisa menghasilkan 10.000 bibit pohon buah per tahun. Bayangkan jika pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan mewajibkan setiap sekolah melakukan pembibitan seminggu sekali, tentu akan didapat jutaan bibit per tahun. Hal tersebut akan menghemat anggaran belanja daerah untuk pengadaan bibit pohon yang platform harganya selama ini sangat tinggi dan boros dana. Bisa dibayangkan, untuk setiap pengadaan bibit pohon selama ini harganya sekitar Rp 5.000 hingga Rp 10.000, maka berapa miliar rupiah dana APBD yang bisa dihemat oleh pemerintah daerah dengan model pembibitan tersebut? Laskar Hijau memiliki lokasi pembibitan di pinggir aliran Sungai Ranu Lemongan seluas 2.500 meter2. Lahan ini hasil sewa dari penduduk dengan harga sewa Rp 1.500.000 per tahun. Di lahan ini juga disediakan 1 unit Green House ukuran 4x10 meter untuk kebutuhan pembibitan. Sebagian tanahnya
juga dimanfaatkan sebagai kolam ikan sebagai upaya mulai membangun pendanaan mandiri.

(1) Ranu adalah Danau Vulkanik yang sumber mata airnya bukan dari bawah tanah melainkan dari atas/dari sumber mata air yang berasal dari tangkapan air hujan.
(2) Ranu Wurung adalah istilah untuk Ranu yang tidak digenangi air. Kalaupun ada sangat kecil debitnya.

Tulisan: A'ak Abdullah Al-Kudus (Laskar Hijau)
Foto: Laskar Hijau

Read More..